Kamis, 04 Desember 2008

Untuk Kita Renungkan

Bapak Proklamator ( Bung Karno) pernah berkata " Beri saya tiga anak serta beri saya Fasilitas untuk mendidik mereka, akan saya buat mereka merobah dunia"

Apa yang tersirat dari kata-kata beliau ?

Kalau menurut saya, faktor guru dan fasilitas lebih dominan dalam membentuk keberhasilan anak-anak didik/ atau keberhasilan dalam dunia pendidikan, guru tidak lah mutlak orang hebat dalam segala hal, tetapi yang terpenting dedikasi dan ke-ihlasan dalam mengajar (PC Media edisi Desember 2008)

Entah menurut anda .....?



Rabu, 26 November 2008

PGRI dimana Payung MU ?

Pada tanggal 25 Nopember, diseluruh Indoensia diperingati Hari Guru secara Nasional, banyak berita-berita di surat kabar yang memberitakan kejadian pada hari Guru tersebut, di OKU Timur guru-guru hornas berdemontrasi menuntut agar segera diangkat menjadi PNS, di Jakarta, guru-guru berdemo menuntut pengesyahan peraturan Pemerintah seputar perbaikan gaji guru.

Tema peringatan hari guru pada tahun ini, di gembar gemborkan, "Guru yang profesional, bermatabat, terlindungi, dan sejahtera",

Guru yang profesional, menurut saya guru harus sangat meneria segala konsekwensi akibat tugas yang dilaksanakan disamping itu juga ke profesionalan guru tidak boleh di kekang dengan segala macam aturan-aturan yang membelengu kreatifitas guru, yang pasti guru harus emegang tujuan akhir dari pendidikan, tujuan akhir institusi, tujuan akhir dari program diklat yang diajarkan, yang semuanya itu mengarah kepada Tujuan Pendidikan Nasional, yang diantaranya, membangunan manusia yang bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat membangun dirinya dan bersama-sama membangun masyarakat, berkepribadian dst.

Bermatabat dan terlindungi

Martabat guru, tidak mungkin terlepas dari kehidupan ekonomi rumah tangga guru, setelah beberapa tahun yang lalu PGRI Pusat memayungi dan bergerak dengan dengan segala astributnya menuntut perhatian pemerintah untuk memperhatikan nasib guru berupa kenaikan gaji, alhamdullah secara bertahap nasib guru telah beangsur baik,
terlindungi
memang terdenngar menyejukkanbagi guru, sebab guru di dalam melaksanakan tugasnya sebagai Pendidik tidak sedikit kejadian-kejadian yang sangat beresiko, suatu contoh, bila menghadapi anak-anak didiknya yang sangat nakal, guru terkadang memberikan hukuman berupa pukulan yang bersifat mendidik, tetapi dalam kenyataan ada sebagian orang tua yang tidak rela bahkan urusan tersebut sampai dengan pengadilan, hal ini disebabkan oleh arogansi orang tua murid yang merasa mampu, merasa kaya dan merasa .... merasa lainnya , yang menganggab guru sebagai orang yang lemah. ditambah lagi wartawan yang sok jurnalis, sejati tetapi berprilaku bak preman yang mengamcam mepublikasikan kasus dengan tulisan yag miring.

lalu pada saat kejadian tersbut PGRI yang merupakan Payung organisasi guru, apa tindakan yang di ambilll?

Kalau di PGRI Pusat berusaha mengangkat martabat guru, lalu Apa yang dilakukan PGRI - PGRI Daerah, jangan-jangan cuma pelengkap kehidupan Politik pemburuh jabatan semata ...?(wallahhu alam bisawwab)

Saya sebagai anggota, besar harapan kami kepada Bapak-Bapak Penggurus PGRI, Kami Butuh Payung, Kami Butuh Perlindungan dalam bertugas, kami butuh tempat menyampaikan permasalahan-permasalahan kami dalam tugas dan nasib-nasib kami, hanya kepada Bapak-Bapak Penguruslah kami berharap, dengan di iiringi do'a semoga Bapak-Bapak pengurus dapat bertugas sesuai dengan amanat yang di pikul. amin

Sabtu, 22 November 2008

Beberapa Kasus Yang Mengelitik Seputar Perbaikan nasib Guru

Menyimak perkembangan perhatian pemerintah saat ini, semenjak di berlakukannya Undang-Undang Guru dan Dosen, salah satunya perbaikan nasib guru dan Dosen yaitu adanya penghasilan tambahan dalam wujud pemberian tunjangan propesi, ada penomena yang beragam setelah cairnyanya tunjangan profesi tersebut, kalau saya perhatikan rekan-rekan yang telah menerima tunjangan profesi pendidik rata-rata ada rasa malu, malu untuk meniggalkan tugas mengajar, malu untuk menjadi guru asal-asalan, kalau selama ini untuk meningkatkan kemampuan profesi pendidik diantaranya mempelajari perkembangan teknologi komunikasi terasa enggan, sekarang rekan-rekan ber lomba-lomba untuk belajar, berlombah-lombah untuk membeli perangkat komputer, note book/laptop dan sebagainya, hal ini menurut saya suatu hal yang sangat menggembirakan.

kalau kita perhatikan pada waktu-waktu tertentu, ada sebagian rekan guru tidak terlalu serius menjalankan tugas sebagai pendidik, entah itu disebabkan oleh untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, entah itu untuk mengangkat harkat dan martabat, sebagai orang yang pendidikan setara dengan pegawai lainnya di instansi lainnya, tetapi kehidupan ekonominya muntang manting dll.

ada hal yang cukup memperhatinkan, setelah berjalan beberapa saat tunjangan pendidik cair, tidak sedikit, timbul kecemburuan dari berbagai pihak, guru jadi pusat perhatian dan pusat cemoohan oleh kalangan lain, saya heran, mereka-mereka yang tidak mendalami profesi guru, tentu berpandangan lain, kalau menurut pandangan saya hal ini sangat wajar, dalam kenyataannya tidak sedikit maksud dari perbaikan nasib guru tersebut, tidak sesuai dengan harapan, suatu contoh, belum bisa mendongkrak mutu pendidikan, peningkatan disiplin guru dan lain sebagainya, hal tentunya kembali kepada masing masing pribadi guru, saya sangat sependapat dengan Bapak Darmaningtiyas dalam bukunya Pendidikan gila gilaan, salah satu pragraf berbunyi sebeapapun Gaji guru, bila penambahan penghasilan tersebut lebih cenderung mengarah kepada nilai nilai konsumeristik ( menunjukkan kemewahan) jangan terlalu berharap akan adanya perubahan yang signifikan terhadap mutu pendidikan. hal ini sangat berkitan erat dengan kecintaan guru guru tersebut dengan dunia guru silahkan baca juga posting saya "mengukur kecintaan terhadap dunia Guru"
kalau saya boleh berbicara, guru di dalam bertugas, kalau seluruh asfek tugas dilaksanakan dengan sempurna, hampir 2/3 waktu perhari terkuras habis, coba bayangkan sebelum mengajar, guru harus menyiapkan administrasi pendidikan, menyiapkan materi yang terkadang sampai larut malam belajar dan membaca agar di depan anak-anak didiknya nampak orang yang yang memang mampu untuk mengajar dst, menyiapkan alat-alat peraga dst, setelah selesai guru harus mengoreksi tugas-tugas siswa sampai larut malam, belum lagi bila anak-anak didiknya mengalami berbagai kasus, guru dengan kesabaran mendudukan posisi sebagai orang tua untuk mengayomi, membantu penyelesaian masalah anak-anak didiknya.

Dan yang tak kala penting untuk kita amati, dari sebagian siswa ada yang mulai berminat menjadi guru, satu sebab yang pasti, penghasilan dan pendapatan guru ada harapan menjadi lebih baik, dari pada sebelum sebelumnya, adakah kemungkinan yang menjadi guru saat ini merupakann profesi pelarian karena tidak bisa diterima di fakultas fakultas Pavorit seperti Kedokteran, Teknik ini atau itu mempunya title atau gelar Insinyur yang setelah lulus bisa bekerja dan berpenghasilan jauh lebih baik dari gaji seorang guru. perntayaannya kenapa peminat di fakultas tsb lebih banyak? karena setelah lulus ada harapan dapat kehidupan jauh lebih baik, sangat wajar akhirnya masuk ke fakultas tsb sangat sulit dan hanya orang orang pilihan saja yang bsia masuk ke Fakultas tsb.

Bila saja Fakultas keguruan menjadi Fakultas Pavorit, dan sistem penerimaan jauh dari nuansah "KKN" saya berkeyakinan, dari yang masuk sampai menghasilkan tenaga pendidik akan jauh lebih baik dan hebat. walaupun dilapangan mash perlu diuji dari dedikasi dan kecintaan terhadap profesi guru

rasanya tidak berlebihan bila perhatian pemerintah saat ini untuk memperbaiki nasib guru yang telah lama menderita, hanya saja pembangunan pendidikan tidaklah seperti seorang pesulap dengan menyebut bim salabim, perlu proses dan waktu yang relatif panjang. terasa lucu memang baru kemaren guru merasakan perbaikan penghasilan, esoknya telah banyak tuntutan di masyarakat seputar perbaikan mutu pendidikan, yang terkadang alat ukurnya masih semu. misal UN yang tidak bisa mengeneralisaikan proses pendidikan secara menyeluruh.

saya cuma berharap, semoga rekan-rekan guru yang telah lulus sertifikasi akan menambah tanggung jawab moral, akan menjadi guru yang memang bisa dapat "di gugu dan di tiru",dan kepada rekan rekan guru yang belum sempat menikmati tunjangan kiranya dapat bersabardan do'a kami semoga Bapak-Bapak dan Ibu - Ibu guru yang yang lain akan segera sama dengan rekan-rekan yang lulus sertifikasi semoga….

salam untuk rekan guru seluruh Indonesia jayalah guru-guru kuuuu

Rabu, 05 November 2008

Menggagas System Pembelajaran Berbasis WEB

Di era perkembangan kemajuan Teknologi IT, seluruh yang terlibat dalam dunia pendidikan, menurut saya mau tidak mau, suka atau tidak harus mengikuti perkembangannya. permasalahannya sekarang sebagian besar rekan guru belum mau mengembangkan diri untuk mengikuti kemajuan ilmu IT, hal ini dapat dimaklum didalam mengikuti perkembangan Teknologi IT sudah pasti memerlukan uang yang tidak sedikit, sementara penghasilan guru masih terbatas untuk menutup kebutuhan primer.
Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya maksimal semenjak beberapa dekade belakang dengan jalan mencoba menghidupkan media Jardiknas, mengadakan pelatihan-pelatihan yang berkaitan erat dengan hal-hal tersebut diatas, secara bertahap telah nampak hasil yang diinginkan walaupun masih jauh dari sempurna jika kita bandingkan dengan negara-negara maju lainnya.
sebetulnya menurut saya pada strata kepemimpinan yang kebawah, Bupati, Kepala Dinas Pndidikan atau sampai Kepala Sekolah pada masing-masing sekolah menangkap VISI system pendidikan yang digagas secara Nasional hal tersebut bisa saja terwujud.
kalau seandainya Jaringan Intenet belum tersedia, (bisa karena faktor biaya fulsa internet tidak terbayar atau tidak ada anggaran dll sebagainya), hal tersebut bisa saja diwujutkan dalam jaringan Intra Net, seluruh komputer yang ada di sekolah di jaringkan, salah satunya bisa di Instal menjadi web server internal, materi bisa saja di download dari internet atau secara bertahap rekan-rekan guru dimotivasi untuk rajin menulis bahan ajar, bahkan seluruh perencanaan, program, RPP dan lain sebagainya bisa menjadi satu kesatuan, dan bisa dilihat siapa saja termasuk anak-anak didik, dan anak-anak didik tahu persis apa yang akan diajarkan, apa tugas-tugas yang akan dikerjakan serta secara bertahap akan merangsang untuk selalu
membaca.
Tinggal lagi satu niat. mau atau tidak ?.
kalau menurut saya dari segi media, sarana dan prasara Pemerintah Pusat telah berupaya maksimal memberikan bantuan, suatu contoh Lab Multimedia, bantuan komputer secara bertahap, lab KKPI dst. hanya permasalahan di tingkat sekolah, me-menajemen lab komputer tidak semudah membalik telapak tangan, butuh biaya lagi diantarnya perawatan dan sebagainya, disamping itu juga perlu tenaga administrator jaringan sekurang-kurangnya admin server, kalau di sekolah yang telah mempunyai jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ), tenaga admin bisa di didik dari anak-anak didik kemudian bisa di amin-i oleh Pemmerintah Daerah dengan segera mengangkat anak tersebut menjadi PNS di lingkungan sekolah tersebut.
semoga menjadi bahan perenungan kita semua.

Kamis, 30 Oktober 2008

DILEMATIS TUGAS GURU ANTARA TUGAS PROFESI DAN KELUARGA


Kalau kita berbicara guru, sepintas terlihat sesosok orang yang dengan kesabarannya, ketegasan, kearipan membimbing dan mengajar anak-anak didik didepan kelas. Kalau kita menkaji lebih jauh, hal-hal tersebut bisa menjadi kenyataan, tapi tidak mustahil hal tersebut menjadi bayangan semu belaka, betapa tidak, seorang guru kalau dilihat dari latar belakang cita-cita awal. Berdasarkan seringnya bertukar pikiran dan pandangan, menjadi guru bukanlah cita-cita utama dari guru-guru yang telah bertugas. Hal ini dapat dimaklumi, pada waktu-waktu terdahulu, guru sering di Indentikkan dengan seorang yang bertugas dengan sepeda ontelnya, kehidupan ekonomi keluarga yang pas-pasan (kalau boleh dikatakan selalu kekurangan), sehingga cita-cita menjadi guru bukanlah cita-cita utama melainkan cita-cita kesasar, oleh beberapa sebab diantaranya tidak diterima pada fakultas-fakultas pavorit (kedokteran, teknik ini, teknik itu) yang menjanjikan peluang kerja berpenghasilan jauh lebih baik. Tidak sedikit juga seorang guru yang memang dari awalnya ingin menjadi guru betul-betul dari hati nuraninya, bisa terjadi oleh sebab dari kecil. Oleh karena beberapa contoh keteladanan dari beberapa orang guru-gurunya pada waktu sekolah, tidaklah sedikit guru-guru yang melaksanakan tugas penuh dengan dedikasi cenderung dicintai oleh anak-anak didiknya.Guru yang penuh dedikasi yang menghayati arti tugasnya sebagai pendidikan tentu mengharapkan anak-anak didiknya berhasil dalam hidup dan kehidupan, permasalahan yang ada dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan (kompetensi) baik paedagogik, psykologik, ..................dst (guru pasti tahu, saya takut kesannya menggurui), singkatnya masalah kemampuan ini, itu guru dapat mengembangkan diri dengan cara banyak belajar, disisi lain dalam PBM guru memerlukan media, sarana dan prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar. Hanya saja guru tidak mempunyai kewewenangan dalam mewujutkan keinginan tersebut, kalau kita perhatikan dari beberapa sekolah tidak sedikit menjual program sarana dan prasarana dalam paparan rapat Komite Sekolah. Tetapi dalam pelaksanaannya mungkin hanya beberapa persen yang dibelanjakan untuk menunjang tercapainya program tersebut (bukanya suuzhon, pak, hal ini bisa kita ukur dari banyaknya keluhan guru-guru, kurang ini, kurang itulah dst..dst), belum lagi perhatian pemerintah dari uang BOMM, uang BOS dan seterusnya, sebetulnya kalau yang mempunyai wewenang (baca: Kepala Sekolah), pada saat menjadi guru menghayati betul tugasnya sebagai guru, betapa merasa pentingnya sarana dan prasarana pendidikan untuk menunjang peroses pendidikan. Kini pada saat setelah amanah ada pada pundaknya, kenapa hal-hal tersebut terlupakan? (boleh jadi).>/i> Disisi lain ada harapan masyarakat untuk orang-orang yang berprofesi guru, contoh-contoh yang baik, selalu aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, terkadang guru di dalam masyarakat dianggap orang yang serba bisa.....? dan lain-lain sebagainya, ada contoh yang menggelikan yang pernah penulis alami, pada saat ada kematian dikeluarga yang keadaan ekonominya dibawah standart. Kami di undang untuk tahlilan (adat wong kito lahhhh). Karena sebagian besar masyarakat kalau diundang orang yang berada, berpangkat dst. Ramai sekali yang datang dan sebaliknya. Kebetulan yang datang ke ahli musibah diatas relatif sedikit, sampai pada puncak acara yang mau mengholipahi acara ( biasanya pak kiayi), belum juga datang, akhirnya tuan rumah dan hadirin sepakat, terpaksa pak guru yang disuruh (dianggap serba bisa), padahal si guru dalam segi agama masih jauh dari kurang, akhirnya saling lempar ke hadirin, ayo kamu aja, kembali lagi kamu aja dst, tuan rumah tanggap situasi, hanya minta “ sudah kalau tidak pakai tahlilan baca fatehah saja” kembali situasi seperti tadi lempar sana lempar sini, akhir tuan rumah bilang sudah baca bismillah saja, terus selesai makan..... pulang dari situ muka ini rasanya sembab bak disengat tawon, semenjak itu guru rajin belajar agama.(hanya salah satu contoh harapan masyarakat) Disisi lain lagi guru juga merupakan seorang kepala keluarga, sebagai kepala keluarga tentu mengharapkan sekali anak-anak kandungnya berhasil juga dalam kehidupan. Seiring dengan kemajuan teknologi IT, system pembelajaran sarana dan prasara tidak mungkin terlepas dari media yang namanya komputer, internet dan lain sebagainya, bukan rahasia lagi semuanya itu tidak sedikit memerlukan biaya, belum lagi kalau ingin mengharapkan anak-anaknya kuliah di Kampus ternama di Indonesia ini (ITB, UGM, UI dst), semenjak otoritas pendidikan di kampus, biayanya na’uzubillah mahalnya untuk penghasilan seorang guru, misal untuk masuk ke UGM pertama sekali lebih dari sepuluh juta rupiah, kita asumsikan gaji guru dua setengah juta, bearti guru tersebut harus megorbankan 4 bulan gaji, untuk satu anaknya masuk ke UGM, tidak usah makan dan lainnya habis untuk semuanya kesitu. ................. “hanya ilustrasi”). Permasalahan selanjutnya bagaimana seorang guru bisa mengharapkan anak-anaknya berhasil maksimal kalau hal-hal tersebut di atas tidak pernah tercukupi, imbas selanjutnya jangan-jangan masyarakat mencemo’oh, “bagaimana mau mendidik anak orang lain kalau mendidik anaknya saja tidak bisa?” imbas selanjutnya bisa saja guru yang demikian akan tambah loyo dalam bertugas, bagaimana jadinya anak-anak didk kita nantinya?.Kembali kepada sarana dan prasarana, kalau disekolah(lembaga pendidikan biaya bisa dianggarkan dari program komite, uang BOMM, Uang BOS bantuan hibah dan sebagainya, tinggal lagi yang berwewenang mau tidak membelanjakan uang tersebut sesuai dengan program yang ditulis dan keinginan guru yang memang merasakan perlunya sarana dan prasarana, kalau hanya berpikir menggantikan uang tersebut dengan lembar-lembar yang namanya SPJ fiktif, semuanya itu akan menjadi fotamorgana saja (wallahu alam bisawwab Salam tuk rekan guru seluruh indonesia. Mohon maaf bila tulisan ini menyinggung hati bapak-ibu, kepada Allah saya mohon ampun>.mudah-mudahan yang Maha Kuasa tidak menghukum kita begini (lihat gambar di atas )pada hari akherat kelak disebabkan kita terlalu memikirkan kehidupan dunia, saya kira suatu hal yang wajar, perhatian pemerintah sa’at ini, untuk mensejahterahkan nasib-nasib guru yang telah lama menderita. Dengan jalan memberikan peluang untuk mendapatkan tunjangan tambahan (sertfikasi guru) yang merupakan penghargaan pemerintah terhadap guru-guru, doa’ saya mudah-mudahan niat baik pemerintah ini. Dilaksanakan oleh Bapak-bapak yang berwewenang dimulai dari team sertifikasi termasuk asessor dapat bekerja secara profesional dan bertanggung jawab, guru-guru yang lulus sertifikasi bukan hasil dari KKN, tetapi guru-guru yang memang mempunyai kemampuan, berdedikasi dst dst). Saya sependapat dengan ibu Darmaningtyas dalam bukunya “pendidikan gila-gilaan”, “ seberapapun gaji guru tidak akan berdampak positif bagi dunia pendidikan kalau penghasilan tersebut hanya mengarah ke hal-hal yang bersifat komsumer, peningkatan gaya hidup, bukan untuk mengembangkan kemampuan profesional dst ....”

Rabu, 29 Oktober 2008

Untuk Sebuah Nama


Untuk sebuah nama yang bernama guru, mari rame-rame buat blog untuk menuangkan tulisan baik materi untuk anak-anak didik, pikiran-pikiran yang menganjal seputar profesi kita dan lain-lainnya.
disamping bisa menuangkan buah pikiran juga dapat mengembangkan ke profesionalan kita sebagai guru dalam bentuk karya-karya ilmiah yang mungkin bermanfaat untuk orang banyak.
salam dari air paoh Baturaja.
Jayalah untuk rekan-rekan guru Indonesia